Oleh : Putra Zulfirman
LingkarKita – Kota Langsa | Peringatan hari Sumpah Pemuda ke-92 (28 Oktober 1928 – 28 Oktober 2020) terbilang unik. Karena dilaksanakan ditengah kondisi pandemi Covid-19.
Tidak seperti biasa, hari Sumpah Pemuda tahun ini dilaksanakan dengan sederhana dan bahkan berlangsung secara virtual. Tanpa gegap gempitanya atraksi kepemudaan.
Meski demikian, kaum muda tak boleh murung durja. Harus tetap semangat, hidup dan melaksanakan aktivitas secara berdampingan dengan Corona Virus Disaese, sebagaimana anjuran pemerintah.
Pemuda Pemersatu
Ikrar Sumpah Pemuda menjadi tonggak utama perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sumpah pemuda menegaskan komitmen kebangsaan lewat persatuan dan kesatuan.
Komitmen ini pula yang terus menerus perlu dirawat hingga akhir masa. Sehingga bangsa ini tetap utuh dalam satu bingkai kesatuan, tanpa ada perbedaan.
Sumpah pemuda telah meneguhkan sikap kaum muda. Bahwa anak muda mempersatukan diri meski memiliki kemajemukan, lewat satu bahasa, satu bangsa satu tanah air Indonesia.
Konsesus sumpah pemuda mencermin anak muda menatap masa depan. Bukan lagi membangun mimpi dengan bayang-bayang masa lalu. Melainkan, menjadikan masa lampau sebagai iktibar untuk melangkah dimasa kini dan mempersiapkan masa depan yang gemilang.
Untuk itu, pemuda Indonesia tidak boleh terkotak-kotak atas beragam kepentingan sesaat. Tak lagi terkungkung pada versi yang berbeda dari Induk Organisasi Kepemudaan bernama Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).
Kaum Muda Pejuang
Menilik peran pemuda sejak masa perjuangan kemerdekaan. Tentu tak bisa dipandang sebelah mata. Pemuda berada di front depan perjuangan. Menjadi laskar. Sebagian lain belajar sambil berdiplomasi.
Pemuda yang bergabung di laskar rakyat, gigih dan perkasa melawan penjajah meski kalah jumlah dan persenjataan. Hanya satu tujuan mereka, merenda masa depan lewat kemerdekaan bangsanya. Seperti yang digelorakan Bung Tomo dan seabrek ‘arek-arek’ nusantara lainnya.
Hal yang sama berlaku bagi kaum muda yang sedang menempuh pendidikan. Bung Karno, Hatta, Sutan Syahril dan lainnya. Berjuang lewat cara diplomasi. Kerap mereka dipenjarakan, diasingkan dan dimata-matai kaum kolonial karena lontaran ktitikan tajam melalui mimbar maupun artikel di surat kabar.
Ketika memasuki fase kemerdekaan. Kaum muda pula yang mendorong Soekarno-Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Hingga, suatu peristiwa bersejarah terjadi, yakni Rengas Dengklok.
Ketika kemerdekaan telah diraih. Kaum muda tetap memgambil perannya membangun dan mengisi kemerdekaan, lewat ragam ladang pengabdian masing-masing.
Pemuda Pemimpin
Menyikapi kondisi kebangsaan dewasa ini yang memasuki masa generasi Z atau kerap disebut generasi milenial. Maka sudah sepatutnya, anak muda mempersiapkan diri sebagai pemimpin, melanjutkan estafet kepemimpinan nasional.
Selain menjadi leader dalam menggerakkan roda perekonomian. Kaum muda dituntut berada digaris depan setiap jenjang kepemimpinan. Dibeberapa daerah misalnya, anak muda dipercaya sebagai bupati/walikota dan gubernur.
Bahkan, saat ini kaum muda menduduki posisi sampai Menteri Negera. Walau masih ada anggapan anak muda tidak memiliki pengalaman. Tapi, sesungguhnya anak muda hadir menawarkan masa depan, bukan sebuah ilusi kebesaran masa lalu.
“Pemuda memang tak miliki pengalaman, karna dia hadir bukan untuk masa lalu, melainkan menawarkan masa depan”. Ungkapan ini sepertinya relevan untuk mengikis asumsi pemuda minim jam terbang ‘pengalaman’.
Meski pepatah menyebut pengalaman adalah guru terbaik. Bukan berarti seseorang harus mengalami atau pernah menjadi pelaku/pemimpin dimasa lalu dan baru akan diberi kesempatan memimpin masa depan.
Melainkan, apa yang terjadi dimasa lalu dapat dipetik pelajarannya oleh kaum muda guna memperhitungkan dengan cermat konsep masa depan yang akan diraih.
Kiranya, melalui momentum hari sumpah pemuda ke 92 tahun 2020. Segenap potensi muda dapat bersatu padu, menawarkan konsep masa depan bangsa yang lebih baik. Mampu lepas dari cengkeraman pandemi berkepanjangan, memberi solusi atas lambannya roda perekonomian dan kebuntuan pembangunan saat ini.
Kini saatnya yang muda berkarya. Berikan kesempatan kepada kaum muda tampil dipanggung utama kepemimpinan daerah dan nasional. Karena sesungguhnya, Founding Father Bangsa, Ir Soekarno berujar “Beri aku 1000 orang tua niscaya semeru kucabut dari akarnya dan beri aku 10 pemuda, maka akan ku guncang dunia,”.
Selamat hari Sumpah Pemuda. Jayalah Pemuda Indonesia.
Penulis adalah pegiat sosial dan pekerja makhluk bumi