Beranda Hukum KEL Diduga Hancur Dijarah Besar-besaran

KEL Diduga Hancur Dijarah Besar-besaran

14708
0
BERBAGI

Lingkarkita.com – Aceh Timur | Kawasan Ekosistem Lauser (KEL) diduga hancur akibat pembalakan yang dilakukan oleh cukong dari Sumatra Utara dengan menggunakan sejumlah alat berat di kawasan Selatan Alur Pertik, Kecamatan Birem Bayeun, Aceh Timur, Aceh.

Amatan lingkarkita.com dan informasi yang diperoleh dari masyarakat petani yang bermukim di kawasan pinggiran hutan KEL mengungkapkan, sejak awal bulan Februari 2020 pengusaha asal Medan dengan menggunakan “bendera” Koperasi Produsen Sinar Maju Langsa melakukan aktifitas penebangan hutan di kawasan itu.

Salain itu, akhir-akhir ini aktivitas yang dilakukan oleh mereka disinyalir keras telah merambah di luar blok izin yang diterbitkan pihak Kehutan.

Terlihat sejumlah alat berat seperti buldozer dan excavator jenis grapple, penjepit pencabut akar kayu dengan leluasa merambah di Kawasan KEL, tepatnya di selatan Alur Pertik yang perbatas desa Alur Teh dengan desa Blang Tualang danĀ  desa Jambu Labu, Kecamatan Birem Bayeun, Aceh Timur.

Ketua Forum Peduli Rakyat Miskin (FPRM), Tengku Nasruddin mengatakan, masalah perusakan hutan di kawasan Rawa Pertik itu secara geografis wilayahnya terletak di antara dua Kabupaten dan tiga batas desa yakni desa Alur Teh dengan desa Blang Tualang dan desa Jambu Labu, Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur, serta juga berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tamiang.

“Kawasan tersebut harus benar-benar kita jaga bersama, karena merupakan wilayah yang menjadi paru paru dunia. Jangan biarkan perbuatan perusakan itu terus berlangsung. Jika petugas enggan membrastasnya, masyarakat harus mencegah dan menyelamatkannya,” tutur Nasruddin kepada lingkarkita.com, Kamis (10/12/2020) secara tertulis.

Dikatakannya, jangan mentang-mentang mereka sudah berani pra-pradilankan tim Ditreskrimsus pemberantasan ilegal loging Poda Aceh sudah berlagak paling benar dan kuat.

“Ini bukan Medan bung, tapi ini hutan lindung Aceh,” ketus ketua FPRM dengan cemas dan kesal.

Selain itu, kata Nasruddin, informasi yang diperoleh dari warga Jambu Labu beberapa waktu lalu menyebut ada delapan unit trukc berada di kawasan itu dan disinyalir keras sedang menunggu cuaca panas untuk mengeluarkan hasil jarahan kayu yang sudah lama ditebang dan belum habis diangkut kekilang.

Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah (KPH) III Aceh, Amri Samadi, kepada wartawan, Selasa (08/12/2020) mengatakan, persoalan koperasi produsen Sinar Maju yang melakukan penebangan di luar blok pihaknya belum memdapatkan informasi itu.

“Saya belum mengetahui soal itu. Makanya, untuk lebih jelas dan akurat kami harus turun ke lokasi serta menyaksikan secara langsung hutan Atas Penggunaan Lain (APL) yang di bawah pemerintah daerah,” katanya.

Penulis: Yoes
Editor: Mura

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here