Lingkarkita.com, Ciamis – Cahyono Putra (17), siswa SMK Galuh Rahayu, Ciamis meninggal dunia seusai menjalani vaksinasi Covid-19 di SMAN 1 Sindangkasih, Rabu (1/9) lalu. Kasus Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) ini menjadi perhatian Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil mengatakan, kasus per kasus KIPI yang terjadi sedang diaudit Komda KIPI Jabar yang diketuai Prof Kusnandi Rusmil. Faktor yang menyebabkan meninggalnya siswa SMK itu akan terus menjadi perhatian.
“Jadi nanti kami laporkan hasilnya seperti apa, apakah ada bawaan penyakit, komorbid atau apa. Nah, arahan dari kami untuk diteliti supaya mendapatkan jawaban yang akurat dan ilmiah,” kata dia, Jumat (24/9).
Meski begitu, Ridwan Kamil memastikan vaksinasi terhadap pelajar tetap berlanjut. Ia sudah menunjuk Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat Dedi Supandi sebagai Ketua Pokja Vaksiansi di Komite Penanganan Covid-19. Penunjukan ini agar prioritas vaksin untuk sektor pendidikan tetap terjaga.
Sejauh ini, total sudah 21,6 juta dosis vaksin Covid-19 disuntikkan kepada warga Jawa Barat. “Kadisdik sudah menginstruksikan ke kepala cabang dinas pendidikan yang ada 13 untuk mempercepat vaksinasi untuk anak-anak sekolah di wilayahnya bersama pemerintah kota dan kabupaten,” terang Ridwan Kamil.
Ketua Komda KIPI Jabar Prof Kusnandi Rusmil mengatakan siswa SMK yang meninggal dunia diketahui memiliki penyakit bawaan. Dua minggu sebelum menjalani vaksinasi Covid-19, kondisi tubuhnya lemah.
Saat penyuntikan pun tubuhnya masih belum fit. Namun, saat pemeriksaan sebelum vaksinasi Covid-19 dari Sinovac, semua informasi mengenai kondisi kesehatannya memenuhi kriteria untuk disuntik. Ini tidak terlepas dari kriteria penerima vaksin lebih longgar.
“Dua minggu sebelum vaksin dia sakit, sakitnya lumayan (berat). Saya nggak bisa bilang (penyakitnya apa). Pada waktu disuntik, kondisinya itu nggak begitu sehat, tapi nggak begitu kelihatan dari luar, penyakitnya belum sembuh betul. Pada saat disuntik pukul 16.00 WIB, langsung pulang (setelah merampungkan observasi kondisi tubuh pascavaksin), malam harinya saat di rumah nggak enak badan, ibunya panggil dokter, dan setelah dokter datang sudah meninggal dunia,” ucap dia.
“Analisa kami, memang terjadi alergi terhadap vaksin. Alerginya sedang,” lanjutnya.
Ia menjelaskan, KIPI terbagi dalam dua jenis. Mayoritas mengalami reaksi lokal dan sistemik seperti pegal, merah di area yang disuntik hingga demam. Sedangkan yang berat adalah pingsan.
Dalam kasus siswa SMK yang meninggal dunia, remaja itu tidak langsung pingsan 15 hingga 30 menit usai menerima suntikan. “Belum ada yang pingsan itu, semua diantisipasi. Ini lewat 30 menit (setelah observasi) dia pulang. Dia lemas (akhirnya meninggal dunia). Kasus ini baru satu. Jadi harus perhatian kita semua. Kalau nggak enak badan di rumah (setelah disuntik vaksin), jangan ditangani sendiri,” ucapnya.
“Ini juga yang pertama kali dalam sasaran vaksinasi untuk siswa (usia) 12-17. Sisanya efeknya demam. Pesan khusus untuk masyarakat umum, kalau ada perasaan nggak enak, bawa ke RS terdekat. Ini jadi fokus saya sekarang,” imbaunya.
Sumber: Merdeka.com