Lingkarkita.com, Aceh Timur – Awal tahun 2022, Aceh Timur disambut banjir bandang yang merendam 14 Kecamatan. Akibatnya, 6.665 jiwa terpaksa mengungsi ke sejumlah tempat. Namun masih ada sebagian warga yang masih bertahan di lokasi banjir.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Timur, Ashadi dalam keterangan tertulis kepada lingkarkita.com, Minggu (2/01/2022) mengatakan, sebelumnya hanya delapan Kecamatan yang terendam.
“Saat ini banjir menggenangi 14 Kecamatan di Aceh Timur. Sebagian besar jalan lintas nasional Medan-Banda Aceh, seperti di Kecamatan Rantau Selamat, dan Kecamatan Idi Cut,” ujarnya.
Dijelaskan, pihaknya telah melaporkan satu rumah warga hanyut terbawa banjir. Selain itu dua balai pengajian yang mengalami kerusakan parah. Bahkan terdapat satu korban jiwa bernama Fajri (9) lantaran terseret arus, kemudian ditemukan setelah satu jam dalam kondisi meninggal dunia yang berada di 30 meter dari lokasi hanyut.
Ashadi menyebut, terdapat penyempitan jalan akibat tertimbun longsor di Kecamatan Bireum Bayeun, Aceh Timur. Longsor sepanjang 10 meter menutup akses antara Gampong Alue Sentang dan Gampong Buket Seuleumak. Kerusakan lain akibat banjir di antaranya satu jembatan di Kecamatan Indra Makmur dan satu jembatan di Kecamatan Idi Rayeuk dilaporkan rusak parah.
“Kami sedang berupaya untuk mengakses lokasi-lokasi tersebut agar dapat beroperasi kembali sebagaimana mestinya” tutur Ashadi.
“Saat itu, pada hari Sabtu (1/1/2022). Fajri bersama sejumlah temannya bermain banjir dan hendak pulang ke rumah sekitar pukul 11.30 WIB. Sementara jalan di depan rumahnya tergenang banjir sepaha orang dewasa. Saat itu Fajri terseret arus, sedangkan temannya juga masih kecil-kecil sehingga tidak mampu menolongnya. Kemudian, satu jam setelah itu Fajri ditemukan dalam kondisi tidak lagi bernyawa,” kata Faisal salah seorang tokoh masyarakat di Gampong Seuneubok Buya, Kecamatan Idi Tunong, Aceh Timur.
Kepergian Fajri, kata Faisal, meninggalkan duka yang mendalam bagi kedua orang tuanya. Diketahui saat musibah itu terjadi, ibu dan ayahnya sedang memasak di rumah.
Jurnalis magang: Novita Dinda Nuriyani
Editor: Mustafa Rani