Beranda Internasional Pengungsi Rohingya Kembali Terdampar di Aceh, Yayasan Geutanyoe: Mereka Butuh Tempat Penampungan

Pengungsi Rohingya Kembali Terdampar di Aceh, Yayasan Geutanyoe: Mereka Butuh Tempat Penampungan

4353
0
BERBAGI

Lingkarkita.com, Aceh Utara – Sedikitnya 111 orang pengunsi etnis Rohingya kembali mendarat ke Indonesia tepatnya di bibir pantai Meunasah Baro, Kecamatan Samtalira, Kabupaten Aceh Utara, Aceh pada Selasa, (15/11/2022) sekitar pukul 03.25 WIB.

Setelah kemarin di pantai Meunasah Baro, pada Rabu 16 November 2022 kembali kedatangan pengungsi Rohingya gelombang berikutnya sebanyak 119 orang mendarat di kawasan Krueng Geukuh, Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara.

Pengungsi gelombang pertama yang sebelumnya ditampung sementara di Meunasah, Desa Meunasah Lhok telah direlokasi oleh warga setempat ke Aula Kantor Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara.

Diketahui pengungsi gelombang susulan hingga saat ini belum mendapatkan kejelasan dari pemerintah mengenai lokasi penampungan sementara.

“Kami Yayasan Geutanyoe mendesak pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat provinsi dan kabupaten untuk segera mengambil kebijakan agar para pengungsi mendapatakan solusi tempat penampungan sementara,” kata Nasrudsin, Humanitarian Coordinator
Yayasan Geutanyoe kepada Lingkarkita.com, Rabu (16/11/2022) melalui pernyataan tertulis.

Dijelaskan, para pengungsi Rohingya secara keseluruhan berjumlah 230 orang berdasarkan data yang diperoleh oleh Yayasan Geutanyoe.

“pengungsi Rohingya sebanyak 230 orang itu terdiri dari 126 orang laki-laki dewasa, 64 orang perempuan dewasa, 49 orang anak-anak dan 1 orang balita usia 10 bulan. Mereka saat ini sangat membutuhkan penanganan segera, tidak hanya dari sisi kebutuhan tempat tinggal, tapi juga kebutuhan untuk konsumsi dan perawatan kesehatan, terutama bagi perempuan dan anak-anak,” jelasnya.

Setelah mereka terdampar sekian lama di perairan laut lepas, kata Nasruddin, atas nama kemanusiaan, tentu saja nasib pengungsi Rohingya tidak terbatas pada tanggung jawab pemerintah saja.

Untuk itu, Yayasan Geutanyoe menyerukan kepada berbagai pihak untuk peduli dalam bentuk apapun yang mungkin bisa dikontribusikan.

Pada kesempatan tersebut, Yayasan Geutanyoe juga meminta kepada pemerintah, dalam hal ini Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki untuk segera membentuk Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Pengungsi Luar Negeri (PPLN) Tingkat Provinsi Aceh.

“Hal ini diperlukan untuk adanya kejelasan mengenai badan yang bertanggung jawab sebagai leading dalam isu penanganan pengungsi luar negeri,” katanya.

Nasruddin juga mengatakan, posisi geografis Aceh yang berhadapan dengan laut Andaman dan berada di perairan Selat Malaka, adalah salah satu di antara jalur perlintasan laut tersibuk di dunia. Tidak hanya sebagai jalur perlintasan barang, tetapi juga orang, yang termasuk diantaranya menjadi jalur perlintasan para pengungsi luar negeri, terutama para pengungsi etnis Rohingya. Karena itu, pesisir Aceh selalu akan menerima para pengungsi luar negeri yang terdampar di laut kawasan tersebut.

Yayasan Geutanyoe sendiri menyatakan komitmen untuk mendukung dan bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama dengan pemerintah dalam isu kemanusiaan terkait penanganan pengungsi luar negeri di Aceh.

“Kami siap melakukan komunikasi dan koordinasi dengan berbagai unsur pemerintah terkait dan berbagai pihak lainnya demi kelancaran dan maksimalnya pelayanan kemanusiaan dalam penanganan pengungsi luar negeri,” tutur Nasruddin. (mr)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here