Beranda Opini Kearifan Lokal Masyarakat Seumatang Muda Itam Dalam Membuat Atap Daun Nipah

Kearifan Lokal Masyarakat Seumatang Muda Itam Dalam Membuat Atap Daun Nipah

2515
0
BERBAGI

Penulis: Fitri Ulfia, Devi Marini

Indonesia sebagai negara kepulauan Yang terdiri dari 300 suku dan memiliki keragaman budaya yang mengandung kearifan lokal. Sumber daya alam merupakan bahan dasar bagi pengelolaan untuk memenuhi Segala kebutuhan manusia. Salah satu kearifan lokal yang dimanfaatkan sumber daya hayatinya dan masih digunakan oleh masyarakat pesisir adalah Rumbia (pohon Nipah).

Rumbia merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui serta memiliki keunggulan dari segi sosial, ekonomi dan budaya, di antaranya cepat tumbuh dapat mengurangi polusi udara, air serta mengendalikan adanya erosi dan tanah longsor, sehingga tanaman Rumbia sangat tepat digunakan untuk rehabilitasi lahan kritis, konservasi tanah miring dan rawan longsor serta dapat dipakai untuk memperbaiki estetika lingkungan diperkotaan.

Nipah adalah sejenis palem yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang-surut dekat tepi laut. Tumbuhan nipah mempunyai batang terendam di bawah lapisan lumpur yang menjalar di bawah tanah dengan tebal batang kira-kira 60 cm.Daun Nipah yang tumbuh dapat mencapai 7 mater dan tangkai bunganya dapat mencapai 1 meter.Nipah memiliki berbagai kegunaan, karena memiliki beragam potensi untuk kebutuhan sehari-hari.

Tanaman Rumbia yang banyak terdapat di wilayah Indonesia bukanlah sekedar tanaman, apabila mampu dibudidayakan dan diberdayakan. Rumbia dapat dijadikan bahan bangunan maupun anyaman tangan. Salah satu produk pengolahan daun rumbia adalah anyaman atap rumbia (Nipah).

Beragam cara dilakukan orang untuk bertahan hidup dengan cara memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Salah satunya dengan mengolah daun nipah menjadi material atap rumah. Banyak warga Desa Seumatang Muda Itam, Aceh Timur yang bekerja sebagai pembuat atap rumbia (Nipah). Sebagai masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai, keberadaan tanaman Nipah sudah pasti tidak asing lagi bagi mereka.Tumbuhan Nipah bisa dibilang sangat melimpah di desa Seumatang ini. Masyarakat di desa ini selain mengolah buah Nipah menjadi bahan makanan yang lezat, daunnya yang sudah tua pun bisa dimanfaatkan sebagai atap rumah dan menjadi sumber mata pencaharian kaum hawa di desa tersebut.

Selain menjadi sumber penghasilan atap dari daun Nipah ini juga harus dilestarikan dari generasi ke generasi agar tidak terlupakan, mengingat sejarah rumah adat kita (Aceh) atap nya itu menggunakan dari daun Rumbia (Nipah) yang di Jahit secara tradisional.Sebenarnya atap daun nipah menjadikan rumah memperoleh hawa sejuk disiang hari karena bisa menyerap hawa panas dari terik matahari, namun sayang seiring perkembangan zaman atap daun nipah kurang diminati.Mereka menganggap atap daun nipah Selain cepat rusak dan mudah terbakar.
Pekerjaan pengrajin daun nipah telah lama digeluti dan diajarkan turun-temurun di desa Seumatang Muda Itam ini.Pekerjaan ini rutin dilakukan oleh para pengrajin daun nipah khususnya kaum hawa, mereka melakukan pekerjaan tersebut untuk menambah penghasilan guna memenuhi kehidupan sehari-hari.

Salah Seorang warga pengrajin atap rumah dari daun nipah mengatakan, menjahit atap rumah dari daun nipah ini menjadi pekerjaan sampingan bagi kaum hawa di daerah tersebut.Setiap atap rumbia biasanya mempunyai panjang kira-kira 1,5 meter hingga 1,8 meter dan daunnya perlu dilipat agar sama panjang untuk mencantikkan atap yang dihasilkan, dalam sehari beliau dapat mengahasilkan 7 sampai dengan 10 biji atap yang dijahit dari daun nipah tersebut, kemudian beliau tidak langsung menjualnya melainkan dikumpul terlebih dahulu seminggu sekali baru dijual dengan harga Rp1000 perlembarnya. Hasilnya lumayan untuk menambah penghasilan sehari-hari,” jelasnya .

Lantaran sudah jarang rumah yang menggunakan atap daun nipah, mayoritas permintaan atap daun kini lebih banyak digunakan untuk membuat kandang ternak, cakruk dan beberapa lainnya.

Proses pembuatan atap dari daun Rumbia ini tergolong sangat mudah bagi mereka yang sudah terbiasa menjadi pengrajin atap Nipah. Sebelum membuat menjadi atap terlebih dahulu mereka menyiapkan bahan baku daun nipah yang di ambil sendiri dikarenakan tumbuh liar didesa tersebut yang memudahkan bagi mereka untuk mengambil nya, dalam proses pengambilan daun nipah tersebut tidak boleh terlalu muda dan terlalu tua.

Proses selanjutnya Menyiapkan bambu yang sudah di potong menjadi empat bagian dengan panjang bambu 1,5 m, sebagai tulang dalam pembuatan atap, kemudian Menyiapkan belahan bemban atau rotan (Donax canniformis) dan boleh juga diganti dengan tali dengan lebar 1 cm dan panjang 1,8 cm sebagai pengikat daun nipah dan bambu,setelah itu ambil dua helai daun nipah yang lebar, kemudian daun nipah disusun dan dilipat di bagian bambu yang sudah di potong, lalu di anyaman/dijahit bagian daun nipah yang telah di lipat dengan bemban seperti menjahit pakaian, sehingga daun nipah tersebut bisa tersusun rapi.

Penulis merupakan mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Langsa

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here