Lingkarkita.com, Aceh Utara – Lebih 20 unit rumah warga telah hilang akibat diterjang gelombang pasang laut selama kurun waktu lima tahun terakhir di Kuala Peudawa Puntong, Kecamatan Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur. Pemerintah diminta untuk menambahkan kembali volume batu jeti di desa tersebut.
Berdasarkan amatan Lingkarkita.com di lokasi, Kamis (22/08/2024) sore, tampak puing-puing bangunan rumah masih berserakan di bibir pantai Kuala Peudawa Puntong. Kini, hanya tersisa satu unit rumah yang diketahui milik Samiah (62) yang jaraknya juga berdekatan dengan bibir pantai.
Akibat terus menerus diterjang gelombang pasang, Samiah dan ibunya yang sudah lansia atau berusia 100 tahun, kini kehilangan tempat tinggal. Sembari menangisi rumahnya yang telah rusak dan nyaris roboh, Samiah menceritakan detik-detik gelombang pasang menerjang rumahnya.
Memang, dalam kurun waktu lima tahun ini banyak rumah warga yang telah hilang, nasib itupun kini dialami Samiah dan diperparah sejak empat hari terakhir. Tampak bagian dapur rumahnya sudah porak-poranda, bahkan dinding bagian MCK (Mandi Cuci Kakus) sudah terlepas dan menunggu waktu untuk roboh.
Waktu itu, kata Samiah, dipagi hari gelombang pasang disertai angin kencang menerjang rumahnya. Samiah memboyong ibunya yang sudah renta dan sakit-sakitan ke luar rumah untuk menyelamatkan diri, khawatir akan menjadi korban reruntuhan rumah.
“Saya bawa keluar ibu saya untuk menyelamatkan diri, khawatir rumah ini roboh dan dapat menimpa kami. Semenjak empat hari ini diterjang gelombang pasang, rumah saya semakin rusak, dinding bagian dapur juga hampir roboh,” ujar Samiah sembari menangis.
Keuchik Kuala Peudawa Puntong, Karyani, mengatakan, 20 unit rumah warga telah hilang diterjang gelombang pasang selama dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini. Kini gelombang pasang kembali diperparah sejak empat hari terakhir bersamaan dengan pasang purnama.
“Selama kurun waktu lima tahun, sudah 20 unit rumah telah hilang. Gelombang pasang atau pasang surut bukan kali pertama terjadi, hampir setiap hari di sini terjadi gelombang pasang apalagi sekarang ini bulan masih sedang penuh. Banyak warga yang kehilangan tempat tinggal,” ujar Karyani kepada Lingkarkita.com.
Ia bersama masyarakatnya dalam hal ini meminta Pemerintah, baik Kabupaten maupun Provinsi untuk menambah kembali volume batu jeti pemecah ombak hingga ke bibir kuala (muara). “Ya harapan kami Pemerintah dapat menambah volume batu jeti pemecah ombak,” harap Karyani.
Jika hal ini terus dibiarkan, tidak menutup kemungkinan rumah milik Samiah juga musnah ditelan gelombang pasang. “Rumah ini yang tersisa satu-satunya. Coba lihat, hampir roboh di bagian dapur. Mereka berlarian menyelematkan diri setiap gelombang pasang datang. Banyak warga sudah kehilangan tempat tinggalnya,” imbuh Karyani.
Reporter: Chairul Sya’ban