Lingkarkita.com, Aceh Utara – Mengimpikan rumah yang layak adalah keinginan banyak orang. Bukan sedikit biaya yang dibutuhkan. Namun setidaknya bisa mendirikan istana kecil agar terbebas dari guyuran hujan yang tempias, dan cahaya matahari yang menyilaukan mata.
Seperti halnya yang dirasakan Ismail (39) dan Marianti (35), pasangan suami isteri di Gampong (desa) Tanjong Haji Muda, Kecamatan Matangkuli, Kabupaten Aceh Utara. Disana, mereka bertahan hidup dengan tiga orang anaknya di rumah yang tidak layak ditempati.
Pada Rabu (28/05/2025) wartawan Lingkarkita.com bersama tiga wartawan lainnya dari berbagai media menyambangi kediaman Ismail. Senyum sumringah menyapa dari pasutri ini. Miris, rumah ukuran 3×4 yang ditempati sungguh tidak layak.

“Rumah ini sudah kami tempati selama 14 tahun sejak kami menikah,” begitu kata Ismail, suami dari Marianti. Tak ada yang istimewa jika melihat ke arah dalam rumahnya. Ruang tamu, juga kamar bagi mereka. Kasur kusam yang terbentang disitu menandakan betapa pedihnya mereka bertahan hidup digaris kemiskinan.
Pada bagian dinding rumah hanya tepas bambu, itupun mulai lapuk dimakan usia. Tampak juga bambu-bambu lain yang dijadikan tiang dinding rumah seolah berdiri dengan kuat, nyatanya bambu-bambu itu mulai berbubuk dan hanya menunggu waktu.

Kondisi lantai juga masih tanah, hanya saja ditutupi dengan karpet, belum lagi sanitasi air ataupun MCK. Atap yang bocor bahkan kerap membuat mereka basah setiap hujan mengguyur. Tidak ada pilihan selain berdoa dan bersikap sabar.
“Suami terus bekerja keras, setidaknya kami bisa bertahan hidup. Terkadang cuma dapat 30 ribu, setidaknya bisa membeli sedikit beras. Belum lagi untuk anak yang masih sekolah,” urai Marianti, seraya menunduk dan menahan kepiluannya.
Dengan penghasilan sehari-hari hanya Rp 30 ribu dari hasil kerja buruh kasar, membuat pasutri ini belum mampu mewujudkan impiannya. Ke pihak Gampong sendiri mereka pernah bertanya, barangkali bisa mendapatkan rumah yang layak maupun rehab. [ ]