Beranda Daerah Nasib Petani ; Sulit Air Saat Memasuki Tanam, Hama Menyerang Saat Memasuki...

Nasib Petani ; Sulit Air Saat Memasuki Tanam, Hama Menyerang Saat Memasuki Musim Panen

46
0
BERBAGI
Kondisi Padi di Gampong (desa) Alue Drien. ( Foto : Ist )

Lingkarkita.com, Aceh Utara – Masa sulit kembali dihadapi petani padi di Gampong (desa) Alue Drien, Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara. Padi yang akan memasuki musim panen justeru diserang hama wereng.

Hal itu menjadi kekhawatiran petani akan ancaman gagal panen, dan kekhawatiran turunnya harga gabah kering yang menurut petani belum terkendali. Belum lagi petani kerap menghadapi kekeringan disaat memasuki musim tanam lantaran persawahan tadah hujan, dan kelebihan air saat musim hujan tiba.

Syahrul, petani di Alue Drien, mengatakan, tanaman padi yang awalnya menghijau kini tampak menguning disertai warna kehitaman pada bagian batang tanaman padi. Bahkan, sebagian mulai roboh dan bulir padi pun tidak berisi.

“Sejak awal tanam, padi kami sudah diganggu hama. Kami sudah berupaya untuk mencegahnya dengan cara penyemprotan, namun tidak tertolong. Justeru kondisi saat ini parah, padinya mengering. Padahal sebentar lagi memasuki musim panen,” ujar Syahrul, Selasa (02/09/2025).

Ia meminta kepada Pemerintah untuk memastikan harga sesuai ketetapan sampai ke tingkat petani. “Jangan biarkan permainan harga di bawah merugikan kami yang kini terancam gagal panen karena hama,” tukas Syahrul.

M. Reza Vahlepi, petani yang sama, juga menyampaikan hal senada. Menurut dia, musim tanam kali ini menjadi yang terberat. Sebab, selain adanya serangan hama juga disertai dengan serangan tikus dan burung. Disisi lain, biaya produksi meningkat akibat mahalnya pupuk dan pestisida.

“Kalau kondisi seperti ini terus menerus terjadi, kami bukan hanya gagal panen, tapi juga rugi besar. Modal sudah habis, harga pupuk mahal, sementara harga gabah dikhawatirkan jatuh di bawah Rp 6.500 per kilogram,” kata Vahlepi.

Sebelumnya, harga gabah kering di Aceh Utara sempat mencapai Rp7.000 perkilogram. Namun, petani di Kecamatan Cot Girek khawatir harga jual semakin ditekan di lapangan, meski pemerintah telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) gabah kering sebesar Rp6.500 pekilogram.

Selain kepastian harga, petani di Kecamatan itu berharap Pemerintah membuka akses asuransi pertanian agar mereka memiliki jaminan saat gagal panen. Mereka juga meminta penyuluhan rutin, subsidi pupuk dan pestisida, serta pemantauan intensif terhadap serangan hama wereng.

Serangan wereng yang melanda Kecamatan itu disebut menjadi salah satu penyebab turunnya produktivitas beras di Aceh Utara. Maka diharapkan segera turun tangan melalui langkah konkret, baik dengan menjaga stabilitas harga gabah di tingkat petani maupun menekan dampak serangan hama.

“Kalau harga gabah bisa dijaga stabil, setidaknya kerugian petani bisa ditekan. Jangan sampai dibiarkan, karena pangan daerah juga bergantung pada hasil sawah ini,” tukas Vahlepi. [ ]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here