Lingkarkita.com – Kota Medan | Direktur PT Perkebunan Nusantara I Langsa diduga mempekerjakan secara tidak manusiawi tujuh karyawan PTPN I menjadi Pekerjaan Rumah Tangga (PRT) di rumah pribadi direktur.
Khairunnas, ST, akrab dipanggil Anas, salah seorang korban yang bekerja di rumah Direktur PTPN I tersebut kepada wartawan, Minggu (1/8) di Langsa mengatakan, prilaku kezoliman AG selaku Direktur PTPN-I tidak wajar dan tidak manusawi.
“Mereka para karyawan setiap malam diperlakukan secara paksa sampai larut malam. Lebih kejinya lagi, tempat istirahat (kamar tidur) pun tidak disediakan secara layaknya manusia,” katanya.

Karyawan hanya tidur ditempatkan di celah barang rongsokan dan gang menuju ke garasi mobil di rumah miliknya yang terletak di Jalan Lizardi, Komplek Pemda Medan Selayang, Sumatera Utara.
Anas mengaku, awalnya bekerja sebagai karyawan di PTPN I di Bagian kerani Kebon Lama Langsa Golongan 1C/7, setelah golongan pangkat 1C/8 ditugaskan di kantor pusat PTPN1. Lalu, tanpa jelas persoalan, dirinya dimutasikan ke rumah pribadi direktur PTPN I di Medan.
Disebutkan, diantara 7 karyawan, ada yang tugasnya bagian dapur, tukang cuci pakaian dalam nyonya di rumah dan empat petugas Satpam turut dibebankan urusan nyonya Direktur PTPN I tersebut.
Hal lain yang dirasakan Anas, terkait tekanan dan sanksi yang diterimanya hanya persoalan laporan dalam menjalankan perintah tugas sangat pribadi dan sepele, lalu dilaporkan oleh nyonya kepada suaminya selaku direktur.
Padahal, itu bukan tugasnya sebagai pembersih kamar mandi dan pembersih closed WC, maupun sebagai pembeli barang pribadi (pembalut wanita) nyonya di rumah tersebut. “Tugas pokok saya di perkantoran atau urusan sawit di perkebunan. Masa harus urusan cleaning service pribadi,” ujar Anas.
“Lebih sedihnya lagi dirasakan, tugas saya di rumah pribadi Pak Direktur itu selain membersihkan toilet, juga mengurus kucing yang di monitor dari layar CCTV,” ujarnya.
Ia menyebut, tugasnya yang diterapkan antara lain, air minum kucing peliharaan harus diberikan air mineral galon kemasan (aqua). Sedangkan untuk pekerjaan, air minumnya air dari kran PDAM.
Naifnya lagi, kata Anas, kejadian yang tidak terlupakan saat bertugas di rumah pribadi direktur PTPN I Aceh, siang itu ketika baru selesai bersihkan WC, ingin minum karena haus. Namun air kran PDAM yang usai direbus, sangat panas dan tidak mampu ditengguk (diminum), sehingga terpaksa mencampurinya sedikit dengan air mineral galon untuk minum kucing.
“Akibat ketahuan minum bak kucing, saya menerima kecaman dan tudingan kasar serta dikenakan sanksi berat dari nyonya di rumah,” ungkap Anas yang mengantongi sarjana S1 Teknik Elektro itu.
Begitupun, tugas yang diperintahkan oleh nyonya kepadanya, tetap dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan jujur diakuinya tugas yang dikerjakan, bukan bidangnya sebagai seorang sarjana.

Tentu hasil kerjaan tidak semuanya memadai, pasti ada sedikit saja tidak rapi. Namun dalam hal ini selalu menimbulkan masalah besar, kemudian dirinya dimutasikan ke pelosok Perkebunan Sawit daerah pinggiran hutan belantara akibat dari laporan nyonya di rumah.
“Hal ini jelas mengangkangi aturan perusahaan PTPN I, karyawan bukan untuk dipekerjakan di rumah pribadi, mengurusi persoalan pribadi dan berada di luar provinsi,” ungkap Anas, mewakili rekannya sebagai karyawan yang turut menjadi sebagai PRT, korban kerja paksa di rumah pribadi Direktur PTPN I Langsa.
Bahkan lebih fatal lagi, ujar Anas lagi, gajinya dibayar pula dari kas Perusahaan PTPN-I yang sudah puluhan tahun mengalami kerugian dan kehancuran karena devisit. Sehingga yang dilakukan ini telah menimbulkan kerugian perusahaan negara, karena direktur memanfaatkan karyawan untuk bersenang-senang.
Pihaknya meminta Menteri BUMN mengambil sikap bijak terkait persoalan ini, karena ini sudah lari dari tugas pokoknya sebagai karyawan PTPN I Langsa yang bertugas mengurusi perkebunan.
Menyikapi persoalan tersebut, Humas dan Protokoler PTPN I Langsa, Syaifullah, SE yang ditemui di ruang kerjanya terkesan menutupi persoalan tersebut dan meminta wartawan untuk tidak memposting berita tersebut sebelum adanya informasi yang jelas.
“Saya tidak mengentahui adanya penggunaan tenaga karyawan begitu banyak yang digunakan pribadi di luar daerah operasional PTPN I Langsa. Setahu saya tidak ada. Pun begitu akan saya cross chack kebenaranya nantinya,” sebutnya.
Syaifullah menyebut, direktur punya kapasitas untuk menggunakan tenaga karyawan PTPN I di rumah dinas dan lainnya.
“Kalau di luar itu, saya belum mengetahuinya,” ungkapnya singkat. (red)