Beranda Daerah Warga Geram Damkar Tiba Saat Api Mulai Padam, Petugas Akui Adanya Kendala...

Warga Geram Damkar Tiba Saat Api Mulai Padam, Petugas Akui Adanya Kendala dan Kekurangan

404
0
BERBAGI
Kondisi Rumah Mansur di Gampong Alue Bili Rayeuk. (Foto : Chairul Sya'ban / Lingkarkita.com)

Lingkarkita.com, Aceh Utara – Bentuk kecewa warga terhadap petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) sempat terjadi saat peristiwa kebakaran menghanguskan satu unit rumah milik Mansur (41) di Gampong Alue Bili Rayeuk, Kecamatan Baktiya, Kabupaten Aceh Utara.

Dimana waktu itu Kamis (29/05/2025) sekira pukul 11:00 WIB, warga saling berupaya dengan alat seadanya untuk memadamkan kobaran api yang terus membesar melalap rumah Mansur. Sedangkan armada kebakaran tak kunjung tiba, justeru tiba disaat api mulai padam.

Sebagian warga yang kecewa mendatangi Pos Damkar Alue Bili Rayeuk yang tidak jauh dari lokasi kebakaran. Menurut keterangan warga yang diperoleh Sekretaris Desa (Sekdes) Alue Bili Rayeuk, Arif, petugas Damkar tidak sigap.

Bahkan saat didatangi, hanya ada tiga orang petugas yang stay di Pos Damkar setempat. Alasannya, tidak ada sopir truck Damkar di tempat. Hal ini membuat warga geram, dimana saat peristiwa semacam ini diperlukan bantuan, malah Damkar tidak sigap.

“Petugas Damkar tidak sigap, katanya kurang anggota, hanya ada tiga orang. Alasannya tidak ada sopir truck Damkar, yang satu di Matangkuli dan satu sopir lagi sedang membeli nasi. Seharusnya Damkar sigap dan tugasnya 24 jam,” ujar Arif saat diwawancarai wartawan.

Pos Damkar Alue Bili, Kecamatan Baktiya, Kabupaten Aceh Utara, Tidak Jauh Dari Lokasi Kebakaran. (Foto : Chairul Sya’ban / Lingkarkita.com)

Lokasi kebakaran dengan Pos Damkar hanya berjarak sekitar 200 meter. Namun, petugas tiba di lokasi saat api mulai padam, itulah yang memicu kekecewaan warga. “Apalagi ini kan lokasinya sangat dekat. Damkar sempat mencoba masuk kesini, tapi disuruh balik oleh warga karena api mulai padam,” imbuh Arif.

Salah satu petugas Damkar, Yudi Heriadi, saat ditemui wartawan, mengatakan, hanya ada dua orang sopir untuk dua unit truck armada kebakaran. Namun saat peristiwa kebakaran itu terjadi, satu diantaranya sedang dalam perjalanan ke Pos Damkar setempat. Satunya lagi, membeli nasi siang.

“Sopir kami cuma ada dua orang, satu tinggal di Krueng Geukuh dan itu jauh, butuh waktu sekitar dua jam untuk ke sini, tapi ini sudah datang. Sopir satunya lagi sedang membeli nasi siang, tinggal kami anggota,” kata Yudi kepada wartawan, juga dibenarkan rekannya yang sesama petugas Damkar.

Untuk regu yang bertugas pada hari itu, kata dia, ada delapan personel, namun yang masuk lima personel. Komandan Regu (Danru) bahkan tidak hadir saat itu, sedangkan dua personel lainnya sedang izin. Kendati demikian, ia akui bahwa apapun pihaknya tetap harus siap dalam menjalankan tugas.

Menurutnya, ada SOP dalam hal mengendarai truck Damkar tersebut. Artinya, hanya sopir itulah yang boleh mengendarai truck Damkar. “Kami juga sudah dalam kesiapan saat peristiwa itu terjadi. Dan ketika kami tiba ke lokasi, kami tidak diperbolehkan masuk,” imbuh Yudi.

Pihaknya juga kekurangan fasilitas, diantaranya Alat Pelindung Diri (APD) mulai dari baju pelindung anti panas, helm, dan perlengkapan truck Damkar. Padahal, APD itu sangat diperlukan selain menyelamatkan korban kebakaran dan juga menyelamatkan petugas Damkar itu sendiri.

Peristiwa ini sungguh menyisakan duka yang mendalam bagi Mansur dan Aminah. Selain menghanguskan rumahnya, peristiwa itu justeru menyebabkan putera pertama mereka meninggal dunia. [ ]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here