Lingkarkita – Aceh Tamiang | Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Aceh Tamiang terancam jalan ditempat dalam pengelolaan organisasi ini. Pasalnya, anggaran untuk KONI sangat minim dialokasikan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Kabupaten (RAPBK) tahun 2021 yang saat ini masih dalam pembahasan.
Ketua KONI, Kabupaten Aceh Tamiang, M Ichsan kepada lingkarkita.com, Rabu (25/11) mengatakan, anggaran yang masuk R-APBK 2021 sangat minim dan cukup terbatas.
” Kondisi ini sangat memprihatinkan dan tidak menutup kemungkinan para atlit dari masing-masing cabang olahraga akan terancam tidak bisa mengembangkan karir dan prestasi mereka di even bergengsi baik tingkat daerah maupun nasional,” ujarnya.
Bayangkan, kata M. Ichsan untuk saat ini anggaran KONI yang di masukkan dalam R- APBK 2021 yaitu senilai Rp 100 juta untuk Kesekretaritan, Rp 250 juta untuk cabang olahraga dan Rp 250 juta untuk kegiatan Pra PORA.
“Anggarannya jelas tidak mencukupi bila melaksanakan serangkaian kegiatan, ” sebutnya sembari mencontohkan, dana Rp 100 juta yang diperuntukkan untuk Kesekretariatan dalam realisasinya yakni mencukupi biaya sewan kantor dan kekurangan biaya serta honorium pengurus kesekretariatan KONI Aceh Tamiang.
Ichsan menyebut, pihaknya sudah mengusulkan anggaran KONI Tahun 2021 lebih kurang senilai Rp 2 miliar, tetapi kenyataannya jauh dari harapan,” kita menilai nyaris tidak ada perhatian untuk KONI, ” katanya.
Melihat kondisi ini, M. Ichsan tidak berdiam diri dan menyampaikan hal itu secara langsung dalam audensi bersama ketua DPRK Aceh Tamiang, Supriantoko dan didampingi beberapa anggota Dewan lainnya yakni M. Irwan, Miswanto dan Fitriadi.
“Dalam pertemuan ini, pihak Dewan akan berusaha membantu penambahan anggaran untuk KONI Aceh Tamiang,” terangnya.
Menurutnya, anggaran sebesar Rp 250 juta yang dialokasikan untuk kegiatan pra PORA sungguh menyedihkan, bahkan akan terancam para atlit dari cabor – cabor yang ada dibawah KONI Aceh Tamiang tidak bisa diberangkatkan mengikuti pra PORA pada tahun 2021.
” Namun, kita harus melihat hasil pengesahan APBK Aceh Tamiang Tahun 2021, apakah ada penambahan atau berkurang,” tegas Ichsan lagi seraya menyampaikan harapan bagi para atlit agar tetap bertahan sebagai atlit Aceh Tamiang dan jangan berpindah menjadi atlit dari daerah lainnya meskipun keterbatasan anggaran.
Begitu juga dengan DPRK Aceh Tamiang melalui panitia anggaran legislatif sangat diharapkan agar dapat membantu dan memperjuangkan penambahan anggaran KONI Aceh Tamiang tahun 2021.
“Anggaran ini kami rasa sangat penting dalam upaya pengembangan bakat, karir serta prestasi para atlit baik di event – event tingkat daerah seperti PORA maupun tingkat nasional,” tutur Ichsan.
Menjadi tanda tanya juga bagi Ketua KONI Aceh Tamiang, M Ichsan, kenapa ada organisasi lainnya di daerah ini yang diplotkan anggarannya melalui APBK lumayan besar.
“Tapi untuk KONI Aceh Tamiang hanya diplotkan anggaran seadanya saja,” pungkas Ichsan.
Sementara Ketua DPRK Aceh Tamiang Suprianto,ST menegaskan, KONI sebagai induk organisasi olahraga tentu akan tetap berupaya meningkatkan prestasi atlet, akan tetapi keberhasilan tersebut tentu tidak terlepas dari anggaran dan sesuai kemampuan APBK.
“Memang wajib kita tambah anggarannya, karena kewajiban kita dalam mengembangkan olahraga agar KONI Aceh Tamiang bisa membina atlit secara baik maka daerah harus menambah anggarannya di APBK dengan memperhatikan kemampuan daerah dan sesuai peraturan yang berlaku,” ujar Suprianto usai menerima audensi pengurus KONI dan perwakilan pengurus cabang di ruang ketua DPRK Aceh Tamiang, Rabu (25/11).
lebih lanjut Suprianto menyebut, banyak atlit- atlit dari Aceh Tamiang yang telah mengharumkan nama Aceh Tamiang baik di tingkat provinsi maupun nasional tentu perlu diperhatikan.
“Sudah sepatutnya pemerintah daerah memperhatikan atlit yang telah berprestasi mengharumkan nama Aceh Tamiang, jangan sampai ketika even olahraga saja mereka diperhatikan, namun setelah selesai even olahraga perhatian secara berkesinambungan sangat diharapkan, sehingga jangan sampai Atlit Aceh Tamiang yang sudah berprestasi hijrah ke daerah lain dikarenakan minimnya perhatian pemerintah daerah, solusinya penambahan anggaran pembinaan,” tegas Suprianto.
Dengan penambahan anggaran KONI, diharapkan KONI sebagai induk organisasi olahraga dapat melakukan pembinaan atlit Aceh Tamiang secara berkelanjutan dan berkesinambungan.
Akan tetapi m, kata Suprianto, masih ada cara-cara lain dalam menerobos ketika anggaran di APBK sangat terbatas dengan merangkul semua pihak untuk membantu penganggaran.
“Bisa memanfaatkan dana CSR, menggandeng pihak swasta yang konsen kepada dunia olahraga di Kabupaten Aceh Tamiang, apa lagi bisa menjadi sponsor,” kata Suprianto.
Hal ini bukan tudak menutup kemungkinan bisa berhasil mengembangkan olahraga dan menjadi industri dan kenapa KONI tidak bisa mewujudkan impian tersebut serta banyak negara lain yang telah berhasil melakukannya.
Ditambahkannya, dengan adanya solusi ini tentu bisa merangkum anggaran untuk lebih efektif dengan tidak ketergantungan dengan APBK.
Penulis: Razzaq